Terdakwa penggelapan pajak, Gayus Halomoan Tambuan, memberikan keterangan pada wartawan, usai mengikuti sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (19/1/2011), dengan agenda pembacaan vonis. Gayus divonis tujuh tahun penjara atas kasus yang melibatkannya oleh majelis hakim.
BTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gayus benar-benar membuktikan ucapannya soal buka-bukaan dan membongkar konspirasi di balik kerangka besar kasusnya. Adalah Satgas Mafia Pemberantasan Hukum, khususnya sang sekretaris Denny Indrayana, yang menjadi fokus pengakuannnya. Yang lebih mengejutkan, Gayus juga menyebutkan keterlibatan pihak asing lewat badan intelejen Amerika, CIA dalam kasusnya tersebut.
Berikut pengakuan Gayus selengkapnya usai vonis 7 tahun penjara yang ia terima, Rabu (19/1/2011).
- Keberangkatan saya ke Singapur pada 12 Maret 2010 langsung ke Bandara setelah bertemu Satgas, karena disuruh oleh Denny Indrayana agar saya tidak dijadikan korban bersama Andi Kosasih, menunggu sampai Haposan ditangkap terlebih dahulu. Jika Haposan sudah ditangkap maka Denny akan menjemput saya di Singapur dan membawa kembali ke Indonesia. Pada saat bertemu di Singapura saya memberitahu Denny dan Ota (Mas Achmad Santosa) tentang uang lebih dari Rp 50 miliar yang ada di safe deposit box. Namun saya tidak pernah beritahu itu dari mana. Di beberapa kesempatan Denny dan Ota bilang itu dari Bakrie Grup, saya tidak pernah menyatakan seperti itu. Satgas yang mengarahkan dan mengalihkan isu dari mafia pajak yang kemungkinan melibatkan direktur dan Dirjen Pajak atau mafia hukum yang kemungkinan melibatkan Cirus Sinaga, namun ditakutkan membongkar kasus Antasari, ke Kasus kepergian ke Bali yang diduga bertemu Ical, ke Macau dan Singapur untuk amankan aset dan dibacking orang kuat. Dengan cara sengaja mengupload gambar paspor ke twitternya sehingga perhatian orang tidak ke pejabat pajak yaitu direktur dan dirjen pajak atau ke Cirus Sinaga.
- Denny tidak hanya berkomunikasi dengan istri saya untuk berkata jujur tetapi memang ingin mengintimidasi istri saya. Denny bukannya berempati terhadap seorang wanita yang sedih dan tertekan, suami dipenjara mengurus anaka-anak yang masih kecil seorang diri, malah memaksa istri jujur apakah bertemu Ical di Bali. Padahal istri sudah jujur tidak bertemu Ical di Bali. Kalau memang tidak bertemu apa harus bilang ketemu? Pada waktu bertemu di Sangapur Denny berjanji pada saya apanbila saya mau bongkar mafia hukum, maka saya akan dibantu sebagai whistle blower karena Denny dekat dengan media, dia akan ngomong tiap hari, sehingga hukuman saya akan diringankan. Kenyataannya justru Denny memojokkan saya terus menerus dan menjadikan kasus saya sebagai alat politik, khususnya tiga perusahaan grup Bakrie yang disuruhnya untuk diungkap. Denny juga yang menjanjikan bahwa ia akan memastikan saya aman dan nyaman selama proses hukum berlangsung terhadap saya, jika saya mau balik ke Indoensia dan koorporatif. Denny yang menyarankan saya untuk memakai pengacara dari Adnan Buyung dan partner dan mengantar istri serta ibu mertua saya menemui bang Buyung. Namun justru Denny bermanuver sendiri yang merugikan luar biasa saya dan bang Buyung dengan terus menembak Ical. Bukannya membongkar mafia pajak yang kemungkinan melibatkan direktur, dan Dirjen Pajak atau membongkar peran Cirus Sinaga yang kemungkinan membongkar kasus Antasari.
- Satuhal lagi, berdasarkan cerita John Grice kepada saya, John Grice adalah agen CIA dan semua kegiatannya diketahui dan direstui seorang anggota Satgas.
Sumber : http://www.tribunnews.com/2011/01/19/inilah-testimoni-lengkap-gayus-tambunan
0 comments:
Posting Komentar